Total Tayangan Halaman

Minggu, 20 Mei 2012

UNSUR BAHASA DALAM KARYA SASTRA


Menurut Luxemburg, sebenarnya pertalian antara ilmu bahasa dan ilmu sastra sudah ada dalam teori tentang “retirika” pada zaman Romawi Kuno. Retorika diartikan sebagai ilmu mengenaai penuturan baik, seni mengatakan sesuatu secara tepat, yang banyak dipakai oleh kalangan orator, eksekutif, politikus dalam usahanya untuk menyakinkan massa. Pada akhir zaman Romawi keadaan polotik berubah sehingga retorika kehilangan fungsi politiknya. Retorika dianggap ilmu tersendiri, yaitu semacam ilmu kemampuan berbahasa. Di lain pihak, retorika dipakai sebagai sarana dalam pengungkapan teks-teks sastra. Meskipun dalam hal ini, penerapan retorika terbatas pada teori mengenai pemakaian bahasa yang indah-indah saja, misalnya tentang lambing bahasa, ungkapan, pribahasa, dan gaya bahasa.
            Di Indonesia, sampai pada zaman Balai Pustaka, penggunaan retorika sebagai sarana pengungkapan teks-teks sastra masih terasa mengutamakan segi keindahan bahasa. Penggunaan bahasa kasar, kotor, urakan, tidak lazim, dan sebagainya dalam teks sastra sedapat mungkin dihindari.
            Dalam karya sastra, bahasa bukan hanya merupakan sastra komunikasi belaka, tetapi lebih dari itu bahasa juga merupakan sarana untuk mencapai nilai estetis. Oleh sebab itu, bahasa kaya sastra selain bersifat komunikatif seperti bahasa sehari-hari, juga mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan bahhasa sehari-hari maupun bahasa dalam karangan ilmiah.. Berberapa sifat yang membedakan bahasa karya sastra dengan bahasa sehari-hari atau bahasa karangan ilmiah adalah:
a.       Bahasa sehari-hari atau bahasa karangan ilmiah bersifat denotatif artinya  bahasa yang hanya menunjuk pada pengertian primer seperti yang umum terdapat dalam kamus.
Contoh: bunga=bunga, namun suatu bagian suatu tumbuhan, misalnya bunga mawar, bunga melati, dan lain-lain.
b.      Bahasa sastra bersifat, antara lain:
a)      Konotatif
Konotatif artinya selain bermakna denotative, maknanya sengaja ditautkan dengan pengertian lain, diberi atau ditambah sehingga mempunyai kemungkinan banyak tafsiran, makna ganda, penuh homonym, dan diresapi asosiasi. Satu kata dalam bahasa sastra akan mengasosiasikan pikiran kita kepada kejadian yang pernah, sedang, atau akan berlaku dalam bayangan pikiran.
Contoh: senja= menggambarkan kemurungan, ketuaan, kemuraman, keterlambatan, dan kematian.

b)      Ekspresif
Ekspresif artinya mempunyai kemampuan mengungkapkan jiwa, perasaan, gagasan pengarang.
Contoh:     Sendiri adalah kegelisahan
                  Gelap dan pekat kudekap tanpa mengerti
Dua baris sajak itu sudah cukup untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh pengarang bahwa sendiri itu benar-benar tidak menyenangkan, menimbulkan rasa gelisah, resah, sedih, sepi, kesepian, bingung, serba salah, dan lain-lain.

c)      Sugestif
Sugestif artinya secara sadar atau tidak, langsung atau tidak, bahasa maupun menyarankan , mempengaruhi jiwa/perasaan/asosiasi pembaca/pendengar.
Contoh:     Bedah perutnya masih setan ia. (Rendra: BTAK)
Meskipun perutnya sudah terluka parah tetapi masih mengamuk seperti setan. Kata bedah perut member sugesti betapa ngerinya luka yang diderita. Kata setan member sugesti lupa diri.
            Bertolak dari kenyataan itu, sudah tentu diperlukan sekali bagi pembaca dan pengarang kemampuan atau penguasaan bahasa sebaik-baiknya untuk dapat memahami dan mencipta suatu karya sastra. Seperti yang dikatakan Teew bahwa untuk dapat memahami karya diperlukan pengetahuan tentang system kode budaya dan system kode khas sastra yang cukup rumit dan aneka ragam. Misalnya untuk memahami sastra Jawa, maka sekurang-kurangnya harus menguasai kaidah-kaidah bahasa Jawa, mencakup kosa katanya, tata kalimatnya, tata bahasanya, system lambing, ungkapan, pribahasa, dan sebagainya.
            Menurut Hadi WM, sastrawan dan pembaca perlu bersikap kreatif dalam menghadapi bahasa sastra, dan perlu bersikap kritis terhadap penggunaan bahasa sehari-hari, yang mungkin telah mengalami proses pemiskinan dan pembekuan. Dalam situasi sehari-hari bahasa adalah alat komunikasi apa saja, pengetahuan, pemikiran, angan-angan, daya khayal, pengertian-pengertian isyarat, perasaan, keinginan, dan seterusnya. Rangkaian yang berlangsung dalam jiwa manusia itulah yang dimuat dalam bahasa dengan sekian ratus perlambangan yang berupa kata kata atau kalimat-kalimat.








2 komentar: