Total Tayangan Halaman

Minggu, 20 Mei 2012

KARYA SASTRA SEBAGAI ILMU



Karya sastra sebagai objek ilmu sastra tentu saja harus dipandang sebagaimana adanya, sesuai dengan kodratnya, dan merupakan objek empirik. Karya sastra tidak sekedar dibaca atau dinikmati, tetapi dipelajari melalui analisis tertentu. Sebagai objek empirik harus berdata dan berfakta sehingga dapat dirunut siapa yang terlibat di dalam ilmu tersebut. Oleh karena itu, karya sastra tertulis memperoleh perhatian lebih menonjol dibanding karya sastra lisan, sebab karya sastra tertulis memang lebih gampang dirunut (dilacak, ditangkap) sosoknya.  
Apabila seseorang ingin mempelajari karya sastra lisan, pada akhirnya juga harus sampai pada penulisan (transkripsi). Jadi, lebih jelas apabila teks-teks karya sastra tertulis saja yang akan banyak kita bicarakan dalam studi sastra ini. Akan tetapi perlu dicatat bahwa buku-buku karya sastra hanya tempat (wadah), sedang sosok sastranya harus ditangkap diluar buku yang bersangkutan. Sebagai contoh, roman Siti Nurbaya (Marah Rusli) dibukukan atau diterbitkan pertama kali tahun 1922, kemudian dicetak sesuai edisinya. Beberapa edisi itu mungkin berbeda jenis kertasnya, formatnya, tipe hurufnya, dan lain-lain, tetapi masing-masong menyajikan roman Siti Nurbaya yang sama. Apa yang ditangkap di luar buku itulah yang disebut sebagai teks karya sastra. Jadi, yang menjadi objek studi tentu saja bukan bukunya, melainkan teksnya, artinya bukan yang sekedar tertulis, melainkan apa yang terungkap oleh tulisan itu.

A.    Pengertian Istilah-Istilah dalam Sastra

Ada dua istilah penting yang berkaitan dengan sastra, yaitu bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya sastra, misalnya novel, puisi, cerita pendek, drama, dan lain-lain, sedang ilmu sastra mempunyai ciri-ciri keilmuan, yaitu objek, teori dan metode. Artinya, sastra dipakai sebagai perangkat teori yang dijadikan alat penelitian. Dapat dipakai sebagai penelitian, misalnya teori sasta, kritik sastra, dan sebagainya.
Selain dua pengertian itu masih ada pengertian lain, yaitu pengetahuan sastra. Pengetahuan sastra bersifat informatif , artinya sebagai informasi seputar teks-teks karya sastra yang berupa keterangan, penjelasan serta fakta-fakta dan data-data tentang suatu teks karya sastra atau hal-hal lain berhubungan dengan sastra. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah abstraksi kegiatan yang menunjukkan tiap-tiap pengertian tersebut:
1.      Kalau seseorang mencipta puisi, novel, cerpen, atau kalau orang berbicara tentang karya-karya itu berarti ia berurusan dengan karya sastra, karya seni.
2.      Kalau seseorang berpikir, berbicara atau belajar tentang objek-objek sastra, misalnya struktur karya sastra, metode atau pendekatan, teori, pemahaman, penilaian, penelitian, teknik analisis sastra, kronologi perkembangan sastra, dan sebagainya berarti ia berurusan dengan ilmu sastra.
3.      Kalau seseorang sekedar tahu tentang suatu teks karya sastra, misalnya judulnya, isinya, jumlah halamannya, pengarangnya, penerbitnya, harganya, gambar covernya, dan lain-lain, bahkan dalam membacapun hanya sekedar mambaca tanpa perlu referensi apapun berarti ia berurusan dengan pengetahuan sastra.
Dalam kerangka pembicaraan teori sastra tiga pengertian tersebut tidak pernah dapat saling dilepaskan, karena tiga-tiganya merupakan pengertian dasar sastra. Namun demikian, apabila yang digeluti dalam bidang keilmuan, maka tentunya banyak berbicara tentang ilmu sastra. Karya sastra sebagai karya seni dapat dimanfaatkan sebagai objek, sedang pengetahuan sastra dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan.
Teori sastra merupakan dasar dari ilmu-ilmu sastra yang berupa prinsip-prinsip umum sastra. Teori sastra merupakan dasar-dasar umum dari sejarah sastra, kritik sastra, apresiasi sastra, perbandingan sastra, sosiologi sastra, kajian cerita rekaan, kajian puisi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, yang dibicarakan dalam teori sastra tetu saja adalah prinsip-prinsip umum mengenai definisi ilmu sastra, pengertian sastra, hakikat dan fungsi karya sastra, struktur karya sastra, segi intrinsic sastra dan eksentrik sastra dan lain-lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar