1.
Macam-macam Karya Sastra
1) Puisi adalah ragam sastra yg bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait, suatu tulisan
yg bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran
orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi,
irama, dan makna khusus; sajak.
2) Drama adalah komposisi syair atau prosa yg
diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yg dipentaskan.
3) Roman adalah karangan prosa yg melukiskan
perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing, lebih banyak
membawa sifat-sifat zamannya pada drama atau puisi.
4) Cerpen adalah cerita pendek (kurang dr
10.000 kata) yg memberikan kesan tunggal yg dominan dan memusatkan diri pada
satu tokoh disatu situasi (pada suatu ketika).
5) Hikayat
adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yg berisi cerita,
undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis,
atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat
juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta, misal: Hang Tuah, Perang Palembang,
Seribu Satu Malam
2.
Fungsi Sastra
Dalam
berbagai kesempatan banyak pihak memandang sastra secara kurang memadai.
Sebagai contoh, banyak orang mengatakan sastra sebagai karya yang tidak serius
entah novel, puisi, cerita pendek, atau drama. Bahkan, karya sastra terutama
puisi, dianggap sebagai karya lamunan atau khayalan. Maka dari itu, karya
sastra bermutu hanya dapat diciptakan oleh seorang yang memiliki tingkat
intelektual yang memadai dapat dipastikan tidak mampu menghasilkan karya sastra
yang bermutu. Sejak lama sastra diakui sebagai media membangun kesadaran.
Bahkan, sastra diyakini memenuhi fungsi hiburan dan edukasi sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai media penamaan nilai-nilai berorientasi terhadap
pengembangan kehidupan seseorang, masyarakat, dan bangsa. Sastra mengandung
tuntunan artinya karya sastra memberikan
penawaran nilai atau pemikiran yang diharapkan mengembangkan wawasan
kepada pembaca. Sementara itu, sastra sebagai huburan karena sastra memenuhi
fungsi memberikan penyegaran. Untaian kata yang dirangkai dengan keindahan
bahasa mampu menyegarkan pikiran dan perasaan pembacanya. Sastra membangun
kesadaran sudah menjadi keyakinan masyarakat sejak lama.
Sastra, misalnya puisi, sebagai
media penyegaran terhadap kehidupan politik dan birokrasi begi pembaca. Sebagai
media penyegaran, sastra sekaligus membentuk atau membangun kesadaran pada diri
pembaca. Sebagai missal, seorang birokrat sering kali melenceng dari logika yang
memadai. Dewasa ini kita melihat banyak birokrat yang menyalahkan wewenamg,
terutama dalam bidang pemerintahan dan material. Hampir setiap hari media
menyuguhkan informasi birokrat yang berurusan dengan lembaga peradilan.
3.
Manfaat Karya Sastra
Dalam
membaca karya sastra, kita dapat menemukan manfaat-manfaat. Beberapa
diantaranya adalah:
1) Karya
sastra besar memberi kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran
hidup.
2) .
Karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Jadi hiburan yang diberikan
adalah hiburan spiritual dan intelektual yang menurut banyak orang kadarnya
lebih tinggi daripada kebahagiaan badani.
3) Karya
sastra besar itu karya seni dan memenuhi kebutuhan naluri manusia terhadap
keindahan. keindahan adalah kodrat manusia.
4) Karya
sastra yang besar memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita
ketahui.
5) Membaca
karya sastra besar menolong menjadikan pembacanya menusia berbudaya. Maksudnya
manusia yang responsif/peka/bereaksi terhadap hal-hal yang luhur, yang baik
dalam hidup ini.
4.
Sastra itu Karya Cerdas dan Harus
Dipahami secara Cerdas
Msyarakat sastra termasuk kalangan
akademis sastra tidak boleh memandang atau mengatakan bahwa sastra itu hasil
khayalan atau lamunan. Sastra sekali lagi harus dipandang sebagai karya intelektual
atau karya cerdas. Sejak masa awal (sastra lama) hingga sastra modern, karya
sastra di Indonesia mencerminkan hasil karya intelektual. Karya sastra
Indonesia pada masa awal lahir dari para intelektual pada masa itu. Pengarang
seperti Sutan Takdir Alisyahbana, Marah Rusli dan banyak lagi mereka adalah
salah satu tokoh intelektual ketika itu. Mereka adalah generasi baru hasil
pendidikan modern sebagai dampak dari pendidikan kolonial belanda.
Karya sastra yang cerdas hanya dapat
dipahami oleh pembaca yang cerdas. Karya cerdas akan menjadi dangkal dan kering
sewaktu dibaca dengan tingkat intelektual pembaca yang rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar